Tambahsari, Jumat, 25 Oktober 2024 – Warga Desa Tambahsari menggelar acara sadranan di Makam Dusun Krajan pada Jumat, 25 Oktober 2024. Tradisi Sadranan, yang diadakan dua kali dalam setahun pada bulan Rabiul Akhir dan bulan Ruwah kalender Hijriah, merupakan momen sakral bagi masyarakat Desa Tambahsari. Tepatnya, warga berkumpul setiap Jumat Kliwon pada bulan-bulan tersebut untuk berziarah, mengenang, serta mendoakan leluhur mereka.

Pada pelaksanaan Sadranan, warga Desa Tambahsari berbondong-bondong menuju makam, membawa bakul berisi nasi beserta lauk pauknya. Prosesi diawali dengan tahlilan bersama, dilanjutkan dengan makan bersama di area makam. Nasi yang dibawa warga diletakkan di atas daun pisang dan disantap secara bersama-sama, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat dan penuh rasa kekeluargaan. Setelah selesai, sisa nasi yang ada dibawa pulang oleh warga agar tidak mubazir.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Walisongo Semarang yang tergabung dalam posko 29 turut ambil bagian dalam tradisi Sadranan.
Kehadiran mahasiswa KKN UIN Walisongo pada momen ini menambah keistimewaan, karena mereka dapat merasakan dan berbaur dengan tradisi setempat. Bapak Miyatono, salah satu tokoh masyarakat, mengungkapkan bahwa tradisi seperti Sadranan menjadi kesempatan langka untuk mengumpulkan warga mengingat kesibukan mereka sehari-hari.

Bapak Sholikhin, seorang tokoh masyarakat Desa Tambahsari, turut menyampaikan bahwa tradisi Sadranan diadakan untuk mengenang serta mendoakan para leluhur yang telah mendahului. Tradisi ini menjadi simbol penghormatan sekaligus pengikat hubungan masyarakat Desa Tambahsari.

Kehadiran mahasiswa KKN dalam acara ini membawa pengalaman berharga sekaligus kesempatan bagi mereka untuk lebih mengenal budaya lokal dan menguatkan hubungan dengan masyarakat

Cuaca